JW subtitle extractor

Jadilah Berhikmat dengan Mendengarkan Nasihat

Video Other languages Share text Share link Show times

Hari ini kelihatannya indah.
Tapi waktu pulang berhimpun,
saya merasa sakit hati.
Awal minggu ini, kami mengundang
beberapa teman untuk menonton film.
Tapi, ada penatua muda yang baru dilantik
mendengar hal itu.
Lalu dia menasihati saya setelah perhimpunan.
Dia bilang saya harus
lebih hati-hati memilih film.
Saya tidak suka cara dia menasihati saya.
Dia baru 27 tahun,
masih terlalu muda.
Besoknya, kami berdinas dengan
Saudara Kang dan istrinya.
Tapi saya tidak terlalu bersemangat.
Saya ajak Saudara Kang ngobrol.
Saya ceritakan apa yang terjadi
dan saya merasa nasihat itu
tidak cocok untuk kami.
Saya paham perasaanmu.
Tapi, Byong Soo,
coba kamu jujur.
Apakah kamu merasa
kalau nasihat itu tidak ada dasarnya?
Hmm.
Memang sih, ada beberapa adegan kekerasan.
Tapi cara dia itu,
ia bahkan tidak tanya perasaan kami.
Byong Soo,
menurutmu, dari siapa kita bisa dapat
nasihat yang sempurna?
Dari manusia sempurna.
Betul.
Seperti yang kamu lihat,
apakah Yesus ada di bumi sekarang?
Dia benar.
Nasihat bisa sempurna
kalau datang dari pribadi yang sempurna.
Memang, nasihat tentang pilihan film seperti ini
akan lebih mudah diterima
kalau datang dari orang yang
lebih tua dan berpengalaman,
seperti Saudara Kang.
Dia pasti tahu yang saya pikirkan,
karena dia tunjukkan satu ayat dari Alkitab.
Sewaktu Ayub mengalami cobaan,
Elihu yang masih muda
membantu meluruskan pikirannya.
Ayub harus rendah hati untuk menerima nasihat
dari orang yang lebih muda
dan kurang pengalaman.
Lalu dia bacakan Amsal 19:20,
Pelajarannya jelas.
Pikirkan nasihatnya, bukan penasihatnya.
Kemudian, saya ceritakan
kata-kata Saudara Kang kepada istri saya.
Kami berdua sadar
bahwa kita harus menerima
semua nasihat dari Yehuwa.
Itu demi kebaikan kita.
Saya yakin pasti penatua muda itu
butuh keberanian untuk menasihati saya.
Tapi saya senang dia melakukannya,
karena ini bukti bahwa Allah menyayangi saya.