JW subtitle extractor

JW Broadcasting—Desember 2025: Wisuda Gilead Kelas Ke-158

Video Other languages Share text Share link Show times

Selamat datang di JW Broadcasting! 
Pada 13 September 2025,
para siswa kelas Gilead ke-158 akhirnya diwisuda.
Perasaan mereka di hari
wisuda pasti campur aduk.
Mereka pasti merasa lega karena sudah
berhasil menyelesaikan sekolah selama lima bulan.
Mereka juga senang bisa berkumpul lagi
bersama keluarga dan teman-teman mereka.
Tapi di sisi lain, mereka mungkin khawatir.
Khawatir memikirkan tugas mereka di masa depan.
Sekarang, mari dengarkan khotbah-khotbah
yang menguatkan untuk para lulusan.
Kami yakin kalian pasti akan menikmati banyak
permata rohani yang bagus dari acara wisuda ini.
Saya sangat senang bisa menyambut kalian, saudara-saudari,
di acara istimewa, acara wisuda dari Sekolah
Alkitab Gilead Menara Pengawal kelas ke-158. 
Pada kesempatan ini, saya senang menyampaikan
kepada kalian, ke-52 siswa dari kelas ke-158,
satu khotbah yang berjudul
”Teruslah Menjadi Garam Dunia”.
Nah pertama, mari kita buka Matius 5:13.
Kita akan baca bagian a.
Perhatikan kata-kata Yesus.
”Kalian adalah garam dunia.” 
Nah, itu adalah kata-kata Yesus
dalam Khotbahnya di Gunung.
Ada banyak orang yang mendengarkan
khotbah itu dan mendapat manfaat.
Tapi, kepada siapa khususnya
Yesus menyampaikan nasihat itu?
Kepada para muridnya, khususnya
kepada ke-12 rasul yang baru saja dia pilih,
yang kemungkinan besar duduk dekat dengannya. 
Mereka perlu dilatih supaya nanti mereka bisa
menjadi teladan dan mengawasi kegiatan sidang.
Jadi, kata-kata Yesus ”Kalian adalah garam dunia”
berlaku untuk para murid Yesus, khususnya para rasul.
Dan kata-kata itu juga berlaku untuk kalian para siswa. 
Nah menarik, Yesus tidak bilang ’Kalian seperti garam’.
Tidak, ya.
Tapi, Yesus bilang, ”Kalian adalah garam.”
Jadi, Yesus sedang menunjukkan kepada
murid-muridnya siapa mereka sebenarnya.
Nah, apa yang Yesus pikirkan waktu
dia bilang, ”Kalian adalah garam dunia”?
Sama seperti garam punya pengaruh yang baik,
para muridnya juga akan punya
pengaruh yang baik terhadap orang lain. 
Nah, kenapa garam?
Mari kita bahas tiga alasan kenapa Yesus menyebut para muridnya ”garam dunia”,
dan kalian akan lihat bahwa kalian juga seperti itu.
Alasan yang pertama, mari kita
buka di Kolose pasal 4,
Kolose 4:6.
Perhatikan apa yang mungkin Yesus
pikirkan waktu menyebut muridnya ”garam”.
”Kata-kata kalian hendaknya selalu menyenangkan,
seperti dibumbui dengan garam,
supaya kalian tahu bagaimana
kalian akan menjawab setiap orang.” 
Nah, salah satu manfaat garam yang disebut ayat
ini adalah sebagai bumbu penyedap, penguat rasa.
Kalian pasti setuju kalau garam bisa
membuat rasa makanan jadi lebih enak.
Kami yakin kalian para siswa, kata-kata
dan tindakan kalian juga seperti garam,
apalagi setelah kalian mengikuti Sekolah Gilead.
Kalian akan mengucapkan kata-kata
yang menyenangkan dan enak didengar
di sidang dan di keluarga Betel
di mana kalian akan ditugaskan.
Kalian tidak akan membumbui
kata-kata kalian dengan cabai.
Ayatnya tidak bilang dibumbui dengan cabai, kan?
Cabai rawit, cabai keriting,
cabai merah, cabai hijau.
Bukan ya,
tapi garam.
Jadi tidak pedas, ya.
Kita mau kata-kata kita enak didengar.
Dan kalian akan lakukan itu waktu kalian menyampaikan
khotbah, komentar, atau sewaktu mengobrol.
Kalau kalian lakukan itu, kalian seolah-olah membumbui
keluarga Betel dan sidang tempat kalian ditugaskan
agar jadi lebih menyenangkan. 
Nah, sekarang mari bahas alasan yang kedua.
Itu disebutkan di Yehezkiel 16:4.
Kita tidak akan baca, tapi ayat itu menunjukkan bahwa di zaman Alkitab,
bayi yang baru lahir biasanya badannya digosok dengan garam.
Nah, kenapa?
Karena garam bisa digunakan sebagai antiseptik,
bisa membunuh kuman, atau mencegah terjadinya infeksi. 
Sekarang pun, orang yang sakit tenggorokan
biasanya kumur-kumur pakai air garam
untuk membunuh kuman dan mengurangi peradangan.
Banyak orang juga mencuci sayuran
dengan air garam untuk menyingkirkan kuman.
Jadi, garam bisa membunuh atau
menyingkirkan kuman dan bakteri.
Nah, mungkin kalian para siswa tidak pernah menyamakan diri kalian seperti antiseptik, ya,
yang bisa bunuh kuman.
Tapi, secara rohani kalian seperti itu! 
Misalnya, di Betel atau di sidang,
kalau ada orang yang mulai membicarakan hal-hal negatif tentang
orang lain atau bergosip, ya gosip itu sama seperti kuman ya,
kalian bisa membunuh kuman itu,
yaitu dengan mengalihkan topik pembicaraannya.
Kalian akan membicarakan hal-hal positif tentang orang itu.
Bayangkan, seseorang bilang begini ke kalian:
”Saudara itu kalau khotbah selalu lewat waktu.”
Tapi, kalian mungkin bisa bilang,
”Wah, saya enggak terlalu perhatikan itu, sih.
Tapi, yang saya suka dari saudara itu,
dia itu penatua yang baik.
Saya lihat dia selalu kerja keras.
Dia selalu peduli sama saudara-saudari di sidang.”
Kalian seolah-olah mencegah kuman,
atau gosip, itu menyebar. 
Melalui pengabaran kalian, kalian bisa membasmi ajaran-ajaran palsu,
seperti Tritunggal, api neraka, jiwa yang tidak bisa mati,
dan ajaran palsu lainnya yang seperti kuman. 
Nah, sekarang mari bahas alasan ketiga
kenapa Yesus menyebut para muridnya ”garam”.
Mari buka buku Imamat,
pasal 2, kita akan baca ayat 13.
Dikatakan: ”Setiap persembahan makanan
kalian harus dibumbui dengan garam.
Jangan sampai itu tidak diberi garam,
karena garam akan mengingatkan kalian pada perjanjian dengan Allah kalian.
Setiap kali membawa persembahan,
kalian juga harus memberikan garam.” 
Hukum Musa menyebutkan
bahwa apa pun yang dipersembahkan kepada
Yehuwa di atas mezbah harus dibumbui dengan garam.
Nah karena itu, menurut sejarah orang Yahudi,
di dekat mezbah ada tumpukan besar garam.
Dan di area bait, ada gudang
yang besar untuk menyimpan garam.
Itu disediakan supaya orang-orang
Israel bisa mengikuti hukum tadi.
Tapi, kenapa Yehuwa membuat pengaturan itu?
Perhatikan apa yang disebutkan di Menara Pengawal.
”Tujuannya bukan untuk menyedapkan rasa korban-korban itu,
tapi kemungkinan besar karena garam menggambarkan
kebebasan dari kerusakan atau kemerosotan.”
Itu benar, ya. 
Jadi, itu adalah manfaat garam yang ketiga.
Garam bisa melindungi dari kerusakan atau bisa mengawetkan.
Misalnya, daging bisa tetap awet
untuk waktu yang lama tanpa harus dimasukkan ke kulkas kalau kalian melumurinya dengan garam.
Hasilnya, daging itu tidak akan cepat busuk.
Nah, sama seperti itu,
kalian juga seolah-olah bisa membantu mengawetkan
kerohanian saudara-saudari di tempat tugas kalian. 
Misalnya, kalian baru mulai memandu pelajaran Alkitab dengan seorang perokok,
dan rokok itu merusak paru-paru dan jantungnya.
Atau seorang pecandu narkoba,
dan narkoba itu bisa merusak otaknya.
Atau seorang pemabuk,
dan alkohol itu bisa merusak hati.
Atau orang yang melakukan perbuatan cabul,
yang bisa terkena penyakit menular seksual.
Waktu kalian mengajarkan kebenaran,
dengan bantuan Yehuwa, dia bisa
menghentikan kebiasaan buruknya itu. 
Dan perubahan yang dia lakukan itu
tidak hanya membantunya sehat
secara rohani, tapi juga secara jasmani.
Dan selama kalian membantunya belajar kebenaran,
hubungannya dengan Yehuwa akan semakin akrab.
Dengan begitu, kalian membantunya terlindung
dari kerusakan rohani, dan dia pun bisa hidup abadi.
Nah, itulah kenapa kalian disamakan seperti garam. 
Di Betel, kalau kalian lihat ada yang salah
langkah yang bisa membahayakan kerohaniannya,
kalian yang matang secara rohani perlu
’dengan lembut membawa dia kembali ke jalan yang benar’
agar dia tidak tersesat di jalan yang salah. 
Ya, itulah beberapa contoh kenapa kalian disamakan
seperti garam yang melindungi dari kerusakan rohani.
Nah, kita sudah bahas banyak manfaat garam.
Bisa buat makanan lebih enak,
bisa melindungi dari kerusakan,
dan bisa mengawetkan.
Jadi, perumpamaan garam punya makna yang dalam.
Dan kalau dipikirkan, sebenarnya itu adalah pujian.
Karena itu, kami ingin memuji kalian, para siswa Gilead.
”Kalian adalah garam dunia.”
Tapi selain pujian, perumpamaan garam juga berisi peringatan.
Mari kita perhatikan lagi keseluruhan ayatnya
di Matius 5:13.
Matius 5:13.
Yesus bilang,
”Kalian adalah garam dunia.
Tapi kalau garam sudah tidak asin,
bagaimana itu bisa diasinkan lagi?
Itu tidak ada gunanya lagi.
Itu cuma bisa dibuang keluar dan diinjak-injak orang.” 
Jadi, garam bisa rusak kalau tercampur dengan mineral lainnya.
Dan kalau sudah tercampur, garam
jadi tidak asin atau tidak bermanfaat lagi.
Begitu juga dengan kita.
Kita mau menjaga diri kita agar seolah-olah tidak tercemar
oleh bahan lain agar tetap bermanfaat untuk orang lain. 
Bagaimana caranya?
Dengan menerapkan hal-hal luar biasa yang
sudah kalian pelajari selama lima bulan ini.
Dengan begitu, kalian bisa tetap menjadi garam dunia. 
Nah, sekarang kita akan melanjutkan ke
bagian yang selalu ditunggu-tunggu setiap tahun,
yaitu bagian Mengenal Lebih Dekat.
Jadi, mari sekarang kita perhatikan Saudara Joel Kelly,
salah satu instruktur Sekolah Gilead,
yang akan memandu bagian ini, Mengenal Lebih Dekat
MENGENAL LEBIH DEKAT
Selamat datang di acara Mengenal Lebih Dekat.
Di Yesaya 64:8,
Yehuwa menggambarkan diri-Nya
sebagai ”Perajin” dan kita sebagai ”tanah liat”.
Memang, kita gak sempurna seperti tanah liat.
Tapi, Yehuwa bisa bentuk kita.
Selama kita mau dibentuk Yehuwa,
Dia bisa buat kita jadi apa pun yang
diperlukan untuk melakukan kehendak-Nya.
Mari kita lihat bagaimana lima siswa
Gilead kelas ke-158 merasakan hal ini.
Dari pengalaman mereka, kita akan
belajar tentang sifat-sifat Yehuwa
dan caranya Dia membantu mereka dalam pelayanan.
Mari kita sambut Mark dan 
Melissa Gratrix dari cabang Britania.
Makasih banyak ya kalian
berdua sudah mau datang ke sini.
Sama-sama.
Kalian kan dari cabang Britania.
Kalian asli sana?
Iya, saya dari Manchester, bagian utara Inggris.
Kalau saya dari Detroit, Amerika Serikat.
Kalian kan terpisah Samudra Atlantik, 
jadi ketemunya di mana?
Tahun 1998, saya jadi delegasi
di pertemuan internasional.
Lokasinya dekat dengan tempat tinggal Melissa.
Lalu sekitar tujuh tahun kemudian, kami menikah.
Oke. Nah waktu itu, 
gimana keadaan rohani kalian berdua?
Orang tua saya membesarkan
dan mendidik saya dengan baik.
Tapi jujur saja, saya secara rohani gak maju.
Sejak kecil, saya selalu mau jadi perancang busana.
Jadi, saya kuliah dan ambil jurusan itu.
Setelah belajar empat tahun, saya lulus.
Dan setelah itu, saya kerja di bidang itu.
Akibatnya, saya gak rohani karena
saya gak punya sifat-sifat yang bagus.
Saya juga cinta uang.
Saya kadang main sama
teman-teman yang kurang baik.
Pilihan hiburan saya juga gak selalu yang
baik, dan saya gak punya cita-cita rohani.
Kalau kamu, Mark?
Saya mengenal kebenaran dari mama saya.
Saya dibaptis waktu umur 13.
Tapi gak lama setelah itu, saya
diam-diam melakukan hal-hal yang buruk.
Meskipun saya punya teladan bagus dari keluarga
dan teman-teman yang setia sama Yehuwa,
makin lama, perbuatan saya makin parah.
Jadi ya, cuma Yehuwa yang benar-benar tahu
saya ngapain, saya sama siapa,
dan orang seperti apa saya sebenarnya.
Wah makasih banyak ya kalian
sudah mau terbuka ceritakan hal itu.
Terus gimana kalian bisa berubah?
Nah, papa saya meskipun dia bukan Saksi,
dia kasih contoh gimana jadi ayah dan suami yang baik.
Jadi waktu kami mulai pacaran, saya juga
mau nantinya saya jadi suami yang baik.
Memang kami pacaran jarak jauh,
tapi kami selalu belajar Alkitab
bersama tiap minggu lewat telepon.
Ini pertama kalinya saya melakukan
hal rohani dengan alasan yang benar.
Dan pelan-pelan, saya jadi lebih dekat
dan lebih kenal sama Yehuwa.
Dan akhirnya, saya jadi sadar
selama ini saya sudah menyakiti Yehuwa.
Ya cerita saya juga mirip.
Waktu kami menikah, saya sudah merintis.
Tapi, hati nurani saya mulai terganggu
karena perbuatan saya yang dulu.
Jadi, kami berdua bicara ke penatua.
Dan lega sekali rasanya, karena mereka
bantu kami untuk dekat lagi sama Yehuwa.
Jadi, pelajaran Alkitab yang dalam
ada pengaruhnya ya sama
hati nurani dan kerohanian kalian.
Terus gimana?
Ya, kami mulai punya keinginan
untuk memberi lebih buat Yehuwa.
Jadi kami isi semua formulir.
Kami daftar sekolah Gilead
(waktu perintis masih boleh daftar).
Kami juga daftar ke RBS dan daftar ke Betel.
Kami siap dapat tugas apa pun,
tapi kami gak dipanggil-panggil.
Oh ya?
Nah belakangan, teman kami kasih saran
supaya kami melayani di tempat yang
lebih membutuhkan di Nikaragua.
Jadi kami ke sana.
Gimana kehidupan di sana?
Nah, kami ada satu foto pas kami lagi dinas di sana.
Pengabaran di sana luar biasa.
Orang-orangnya sangat ramah.
Ada banyak yang berminat dan mau belajar Alkitab.
Selama setahun di sana, kami senang sekali.
Sering kali kami ke mana-mana naik sepeda.
Oh gitu.
Nah, kalau kami jalan kaki
dan lewat rumah saudara-saudari,
mereka pasti ajak kami makan.
Kami belajar banyak dari mereka.
Mereka hidupnya sederhana, tapi sangat murah hati.
Senyum kalian di sini lebar sekali.
Kalian berdua kelihatan bahagia ya.
Kalian pasti menikmati melayani di sana.
Makasih fotonya.
Jadi setelah itu, kalian akhirnya
melayani di Betel di Inggris.
Nah, kalian bantu departemen apa?
Saya di Departemen Hukum.
Saya bantu mereka yang sepenuh
waktu khusus untuk urus visa.
Prosesnya itu gak selalu mudah,
tapi saya sangat suka tugas saya,
karena saya bisa lihat gimana
Yehuwa selesaikan masalahnya.
Wah, bagus.
Kalau kamu, Mark?
Saya kerja di Departemen Humas.
Tugas utama kami menyediakan
informasi yang tepat tentang Saksi Yehuwa
untuk media massa, pemerintah, dan universitas.
Pasti gak mudah ya tugasnya.
Iya, saya sempat merasa begitu.
Waktu dapat tugas ini, saya sangat khawatir.
Saya ingat saya pernah sampai
susah tidur gara-gara saya dapat tugas ini.
Jadi saya ke ruang tamu,
terus saya baca Keluaran pasal 3 dan 4
karena saya ingat Musa
juga dapat tugas sebagai Humas.
Dia harus menghadap dan bicara
ke Firaun, yang adalah pejabat tinggi.
Tapi, tiap kali Musa merasa gak sanggup,
Yehuwa yakinkan Musa, Dia bisa
jadi apa pun yang Musa butuhkan.
Itulah yang saya rasakan waktu kerja
sama saudara-saudara di departemen ini.
Tiap kali kami merasa kami tidak
sanggup, Yehuwa pasti bantu kami.
Iman saya sangat dikuatkan.
Kami juga dikuatkan lihat Yehuwa gunakan kalian.
Kalian yang dulu kalau dibandingkan dengan
kalian yang sekarang sudah banyak berubah ya.
Dari pengalaman kalian, apa
yang kalian pelajari tentang Yehuwa?
Saya belajar Yehuwa itu sangat sabar sama saya.
Dia tahu saya orangnya suka belajar
dan mau punya kehidupan yang seru.
Dia biarkan saya hidup pakai cara saya
sendiri, dan saya lumayan bahagia.
Tapi ternyata, waktu saya hidup pakai cara Yehuwa,
saya jadi lebih dekat sama Dia
dan hidup saya jadi lebih seru.
Saya dikasih kesempatan untuk belajar
hal-hal baru dan dapat tugas-tugas yang seru
yang gak akan pernah saya rasakan
kalau saya hidup pakai cara saya sendiri.
Saya bersyukur Yehuwa mau terus membimbing saya.
Dia kasih saya kesempatan untuk merasakan
bahwa melayani Dia itu adalah yang terbaik.
Hmm.
Kalau kamu, Mark?
Kalau saya, saya tersentuh
sama belas kasihan Yehuwa.
Saya baru sadar dulu saya gak minta
bantuan yang saya butuhkan karena saya takut.
Waktu itu, saya gak ngerti gimana
perasaan Yehuwa ke orang-orang seperti saya.
Tapi, sahabat saya kasih lihat satu ayat ke saya.
Boleh saya bacain?
Boleh.
Itu ada di Yesaya pasal 28.
Saya suka ayat 24 dan seterusnya,
tapi saya mau baca ayat 24 saja.
”Apa petani akan terus-terusan membajak . . .
tanpa pernah menabur benih?”
Jadi, biasanya seorang petani gak
akan terus-terusan membajak tanahnya.
Tapi, dia akan fokus sama tanaman yang
akan dia panen dan akhirnya nikmati.
Yehuwa juga seperti itu ke saya.
Fokus Dia bukan kasih saya hukuman atau disiplin.
Tapi, Dia mau buat saya merasa bahagia lagi,
bersih, dan berguna dalam pelayanan.
Kami sangat bersyukur karena bisa
merasakan bahagianya melayani Yehuwa.
Ayatnya sangat cocok ya sama keadaanmu.
Ada ayat lain juga yang cocok sama keadaan kami.
Di kelas, kami sempat bahas Ibrani 9:14.
Di ayat itu, dijelaskan bahwa Yehuwa
mengizinkan kita ”melakukan pelayanan suci” bagi Dia
kalau ’hati nurani kita bersih’.
Dan itulah yang kami rasakan.
Jadi kesimpulannya, kalaupun kita pernah buat salah,
kita gak mau berhenti melayani Yehuwa.
Itulah yang kalian lakukan.
Yehuwa benar-benar bantu dan gunakan kalian.
Makasih ya sudah cerita.
Tamu berikutnya datang dari cabang Afrika Timur.
Mari kita sambut Wanjiku Waichigo.
Wanjiku, kami dengar kamu datang dari Kenya ya.
Katanya di sana kamu dipanggil Sheko.
Benar gak?
Ya betul.
Panggil Sheko aja.
Oke, Sheko.
Gimana latar belakangmu?
Mama saya mulai mengenal
kebenaran waktu saya masih kecil.
Papa saya bukan Saksi.
Jadi, dia mau anak-anaknya sekolah tinggi
dan saya tertarik untuk jadi pengacara.
Oh ya?
He-eh.
Oke.
Saya mau bela rakyat kecil supaya
mereka diperlakukan dengan adil.
Jadi, saya punya cita-cita mau jadi pengacara.
Nah, belajar hukum kayaknya menghabiskan
banyak waktu dan tenaga ya.
Ada pengaruhnya gak buat kerohanian kamu?
Ya, karena saya sibuk belajar supaya bisa
lulus kuliah dan punya karier yang bagus,
saya secara rohani jadi mundur.
Jadi, apa titik baliknya?
Setelah lulus sekolah,
saya pindah ke rumah yang ternyata
sebelahnya itu Balai Kerajaan.
Suatu hari, waktu saya pulang kerja jalan kaki,
saya ingat waktu itu saya capek sekali,
dan saya lihat sekelompok Saksi masuk
ke Balai Kerajaan dengan senang.
Saya jadi sadar saya harusnya seperti mereka.
Waktu kecil kan saya juga begitu.
Jadi, saya ikut perhimpunan yang berikutnya.
Untung waktu itu kamu mengikuti orang banyak.
Benar.
Kamu jadi datang ke Balai lagi.
Iya.
Nah, waktu kamu sampai di sana, gimana
rasanya ketemu sama saudara-saudari lagi?
Sidang tempat saya bergabung sangat ramah.
Saudara-saudari di sana sambut saya.
Saya merasa disayangi.
Saya merasa saya seperti pulang ke rumah.
Saya jadi dekat lagi sama Yehuwa.
Wah, bagus.
Tapi, gimana akhirnya kamu bisa
sampai melayani sepenuh waktu?
Waktu itu, saya mau ikuti jadwal
pembacaan Alkitab selama setahun.
Jadi, saya coba lakukan itu.
Dulu, saya berangkat kerja subuh-subuh.
Di kantor, saya baca Alkitab sesuai jadwal hari itu.
Dan karena saya sudah download
Watchtower Library, saya riset ayat-ayatnya.
Saya lakukan itu selama setahun,
dan saya ulangi di tahun-tahun berikutnya.
Pelajaran Alkitab yang dalam ya.
Iya.
Terus apa lagi yang bantu kamu untuk mulai merintis?
Dulu, saya sering mengabar sama beberapa perintis.
Nah, ada satu saudari yang sering dinas sama saya.
Dia itu perintis, dan dia selalu bilang
kalau suatu saat saya pasti jadi perintis.
Tapi waktu itu, saya sibuk kerja dan
saya pikir gak mungkin saya bisa merintis.
Terus saudari itu gimana?
Dia gak nyerah.
Oke.
Jadi akhirnya saya mulai merintis.
Bahkan, saya juga ikut Sekolah Dinas Perintis.
Wah.
Ini fotonya.
Oh, ini kamu lagi pegang buku SDP ya?
Ini kamu sama siapa?
Ini saudari yang saya cerita tadi,
yang terus ajak saya jadi perintis.
Dia sekolah yang kedua kalinya, dan kami sekelas.
Wah, usahanya gak sia-sia ya.
Benar. Sekolah itu benar-benar hadiah dari Yehuwa.
Kalian masih sahabatan?
Iya.
Baguslah.
Terus kamu bantu Betel kan?
Awalnya paruh waktu, lalu sepenuh waktu.
Nah, kamu bantu di departemen apa?
Departemen Hukum.
Jadi kalau dipikir-pikir, kamu kan pernah
punya pengalaman dan karier di bidang hukum,
tapi sekarang kamu bantu di bidang hukum
buat Yehuwa dan organisasi-Nya.
Nah, menurut kamu ada bedanya gak?
Itu beda sekali.
Waktu saya kerja untuk dunia ini, tujuan saya hanya
untuk cari uang dan untuk dapat jabatan tinggi.
Tapi di organisasi Yehuwa,
kita kerja untuk saudara-saudari.
Meskipun belum pernah ketemu,
saya sayang mereka.
Dan setelah ketemu,
saya makin sayang sama mereka.
Iman buat saya jadi kuat.
Saya merasa bahagia dan puas.
Terima kasih banyak ya sudah ceritakan
bagaimana Yehuwa gunakan kamu.
Makasih juga untuk pengorbanan yang sudah kamu buat.
Dari cerita kamu, Mark, dan Melisa,
kita bisa melihat bagaimana Yehuwa membentuk kalian.
Terima kasih banyak ya sudah
ceritakan pengalaman kalian.
Nah, tamu berikutnya dari Republik Dominika.
Mari sambut Saudara Tito Abreu.
Tito, selamat datang.
Makasih.
Apa kamu dibesarkan dalam kebenaran?
Mama saya Saksi Yehuwa.
Kalau Papa, bukan.
Tapi, dia sangat dukung saya karena lihat
gimana kebenaran mengubah hidup kami.
Dan karena mama saya sayang sama Yehuwa,
suka berdinas, dan ajarkan hal yang sama ke saya,
itu buat saya jadi punya cita-cita untuk jadi perintis.
Dan pada tahun 2010, saya
ikut Sekolah Pelatihan Pelayanan.
Kamu ikut SPP?
Iya.
Setelah itu, kamu ditugaskan ke mana?
Saya ditugaskan sebagai
perintis istimewa di Pulau Hispaniola.
Tugasnya seru sekali.
Saya mau tunjukin satu foto.
Wow!
Jadi, saya waktu itu lagi sama Saudara José.
Kami lagi di tengah hutan.
Sekarang, dia sudah jadi perintis istimewa,
tapi waktu itu dia masih penyiar belum terbaptis.
Nah, di belakang kami, ada sebuah rumah kecil.
Di sana, kami coba untuk bertemu dengan tunarungu.
Tapi, ternyata di rumah itu,
orang tuanya pakai bahasa Kreol Haiti.
Beberapa anaknya pakai bahasa Spanyol,
tapi yang bungsu tunarungu.
Dia pakai bahasa isyarat.
Jadi, untuk mengabar ke rumah itu saja
kita harus pakai tiga bahasa yang berbeda.
Kamu bisa bahasa isyarat?
Iya, kakak perempuan saya tunarungu.
Jadi, keluarga kami harus belajar bahasa isyarat.
Di sana, gimana caranya kamu mengabar?
Apa kamu datang ke
rumah-rumah dan cari yang tunarungu?
Ya, kami dibantu sama saudara-saudari di sana.
Nah, kami mulai dari tiga tempat ini.
Kami datang ke kantor polisi, ke
pangkalan militer, dan ke kantor wali kota.
Wah, berani ya.
Iya.
Gimana hasilnya?
Hasilnya sangat bagus, karena di kota itu
Saksi Yehuwa sudah dikenal punya reputasi yang baik.
Tapi lewat kunjungan ini, mereka juga jadi bisa lihat
Saksi-Saksi Yehuwa peduli sama komunitas tunarungu.
Dan saat itu juga, saya langsung dapat
kunjungan kembali sampai tiga orang,
karena wali kotanya punya tiga
karyawan tunarungu yang mau belajar.
Jadi, kamu dapat tiga pelajar Alkitab dari wali kota ya?
Iya.
Gimana kemajuannya?
Bagus.
Ada satu pasang yang tadinya belum resmi menikah,
tapi setelah belajar Alkitab
mereka mau lakukan apa yang benar.
Jadi, mereka meresmikan perkawinan mereka.
Mereka punya hubungan yang akrab sama Yehuwa,
dan bahkan mereka bantu tunarungu
lainnya untuk belajar tentang Yehuwa juga.
Wah senang dengarnya.
Ladang bahasa isyarat berkembang dengan pesat ya.
Kami juga tahu kalau ladang bahasa Spanyol
dan bahasa lainnya di
Republik Dominika terus berkembang pesat ya.
Iya.
Coba kita nonton video tentang
satu ladang bahasa di sana.
Di Pulau Hispaniola, ada dua negara,
Republik Dominika dan Haiti.
Umat Yehuwa di sana punya iman yang kuat.
Di Republik Dominika, kegiatan pengabaran terus
meningkat, termasuk di ladang bahasa Kreol Haiti.
Banyak orang Haiti pindah ke sini supaya mereka
punya kehidupan yang lebih baik, lebih stabil.
Orang Haiti percaya Allah, tapi merasa Allah gak peduli.
Sedih sekali dengarnya.
Tapi, ini jadi kesempatan buat
kami mengabar ke mereka.
Kami dengarkan mereka baik-baik
dan berupaya memahami mereka.
Waktu kami kunjungi mereka lagi, kami
ceritakan harapan yang mereka butuhkan.
Kami tunjukkan dari Alkitab bahwa
ada Allah yang peduli sama mereka.
Waktu kami ketuk rumah orang, mereka
selalu sambut kami dengan senyuman.
Kami selalu disuruh masuk dan
kami bisa mengobrol lama di situ.
Jadi, meskipun kami mengabar dua sampai tiga jam,
rumah yang dikabari hanya sedikit.
Gampang sekali untuk memulai
percakapan dengan mereka.
Kita tinggal tanya: Apa kabar?
Bagaimana keadaan keluarga kalian?
Dari pertanyaan sederhana seperti itu,
kita bisa ngobrol panjang sama mereka.
Waktu orang belajar Alkitab, mereka mulai berubah.
Itu buat hati kita merasa bahagia,
gak bisa digambarkan dengan kata-kata.
Pernah waktu ngabar, kami ketemu seorang wanita
yang berduka karena anak dia
satu-satunya yang masih bayi meninggal.
Dia tersentuh waktu tahu
kesusahannya itu bukan dari Allah.
Dia sangat bersyukur karena tahu kebenaran itu.
Gak lama setelah itu, dia mau melayani Yehuwa.
Sekarang, dia sudah jadi saudari kita,
dan kami sangat menyayangi dia.
Karena sekarang hidupnya punya
tujuan, dia jadi lebih sering senyum.
Senang sekali rasanya waktu lihat
seseorang keluar dari air setelah dibaptis.
Yehuwa sudah bantu dia.
Bisa bantu seseorang belajar Alkitab dan
mengubah kehidupannya itu luar biasa rasanya.
Penyiar di sidang kira-kira 30 orang, tapi
rata-rata hadirin perhimpunannya 70 orang.
Hadirin Peringatannya biasanya lebih dari 300 orang.
Itu sepuluh kali dari jumlah penyiar kami.
Saya jadi mengerti kenapa Yehuwa sangat sabar.
Masih banyak yang harus dikabari.
Di seluruh penjuru negeri, ceritanya sama.
Orang-orang mau dengar kabar baik.
Seperti kata Yesus di Yohanes pasal 4,
panenannya banyak dan itu harus cepat
dipanen, tapi para pekerjanya bersukacita.
Kita ”bergembira bersama” karena kita ikut
dalam kegiatan memanen di seluruh dunia.
Luar biasa ya. Yehuwa berkati pertumbuhan di sana,
dan Dia menarik orang untuk dekat sama Dia.
Sekarang, kamu bantu di departemen apa di Betel?
Saya di Departemen Layanan Kesehatan.
Departemen ini memberikan bantuan
untuk para pelayan sepenuh waktu khusus,
termasuk utusan injil, PI, dan PW
yang ada di Republik Dominika.
Tapi karena keadaan dan situasi
di Haiti sedang sangat sulit,
kami juga bantu saudara-saudari di sana.
Oh gitu.
Nah, waktu ketemu saudara-saudari dari Haiti
yang datang berobat ke Republik Dominika,
apa yang berkesan buat kamu?
Tugas mereka kan gak mudah.
Jadi, kami coba bantu mereka
supaya lebih nyaman dan lebih tenang.
Dan yang pasti, kami sediakan layanan
kesehatan yang mereka butuhkan.
Nah, yang berkesan buat saya itu sikap mereka.
Misalnya, saya ingat saya pernah harus jelaskan
ke satu pasangan soal penyakit mereka yang serius.
Setelah mereka tahu keadaan
mereka dan pengobatannya,
mereka langsung tanya, ”Bisa ditangani sekarang?”
Dokternya tanya, ”Kenapa?”
Terus jawaban mereka luar biasa.
Mereka bilang, ”Saudara-saudari kami di Haiti
butuh kami, dan kami mau bantu mereka.
Jadi kalau pengobatannya cepat selesai,
kami bisa cepat pulang dan
kembali menginjil bersama mereka.”
Saya kagum sama pasangan itu.
Meskipun keadaan mereka sulit,
mereka masih mau pikirin saudara-saudari.
Mereka benar-benar sayang saudara-saudari ya.
Makasih ceritanya.
Sepertinya karena tugasmu,
Haiti sangat dekat ya di hatimu.
Selain itu, dengar-dengar, selama sekolah lima bulan ini, teman sekamarmu dari Haiti ya?
Iya, benar.
Kita undang dia ya.
Iya, silakan aja.
Mari sambut Saudara Francklin Aimé dari cabang Haiti.
Selamat datang ya di Mengenal Lebih Dekat.
Makasih.
Francklin, apa kamu dibesarkan dalam kebenaran?
Saya dibesarkan dalam kebenaran.
Mama saya orang tua tunggal.
Saya yang paling kecil dari lima bersaudara.
Waktu saya kecil, iman dan kerja keras
Mama sangat berkesan buat saya.
Meskipun kadang dia gak tahu besoknya
dia mau kasih kami makan apa,
dia terus mengandalkan Yehuwa.
Saya sering lihat Mama berdoa ke Yehuwa,
dan Yehuwa selalu penuhi kebutuhan kami.
Teladan Mama yang luar biasa buat saya
mau kenal Yehuwa dan beriman sama Dia.
Wah, kamu belajar banyak ya dari teladan Mama.
Kamu dapat pelatihan apa lagi?
Saya ikut SPP tahun 2010.
2010?
Sama kayak Tito ya?
Iya, cuma beda tempat aja.
Dan lucunya, kami ternyata baptis di minggu yang sama.
Masa?
Iya, tahun 1997.
Wah, hidup kalian mirip sekali ya.
Cuma sisi pulaunya aja yang beda.
Iya.
Tapi di Januari 2010,
saya ingat ada gempa besar di Haiti.
Waktu itu, kerusakannya sangat
parah dan banyak yang meninggal.
Terus kamu sekolahnya gimana?
Jadwal sekolahnya jadi sedikit berubah.
Paginya kami sekolah seperti biasa,
tapi siangnya kami fokus
memberikan bantuan kemanusiaan.
Saya mau tunjukkan satu foto.
Oh, ini foto apa?
Ini teman-teman sekelas saya.
Mereka lagi angkat-angkat kotak
yang isinya bantuan kemanusiaan.
Wah menarik ya.
Jadi, paginya kalian belajar tentang teladan
Yesus, terus siangnya kalian langsung praktik.
Iya.
Mantap.
Habis itu kamu ditugasin ke mana?
Saya ditugaskan jadi PI di satu kota kecil.
Saya suka tugas itu karena bisa lihat
Yehuwa berkati pengabaran di sana.
Saya juga senang karena bisa bantu
orang-orang untuk melayani Yehuwa.
Orang Haiti sangat berminat ya.
Tapi sekarang kan lagi ada kerusuhan.
Apa kegiatan pengabaran di sana jadi terhambat?
Saudara-saudari tetap semangat
mengabar meski ada kerusuhan di Haiti.
Memang, beberapa tahun ini jumlah penyiar
menurun karena beberapa mengungsi ke negeri lain.
Tapi, kegiatan pengabaran terus meningkat.
Misalnya, di tahun dinas 2024,
jumlah pelajaran Alkitab naik
18 persen dibandingkan tahun 2021,
padahal kerusuhan semakin parah.
Jumlah perintis ekstra naik empat kali lipat.
Jumlah yang dibaptis naik dua kali lipat.
Itu bukti Yehuwa terus memberkati pekerjaan di Haiti.
Wah, luar biasa ya.
Padahal, kerusuhannya sudah terjadi
selama beberapa tahun dan makin parah.
Gimana saudara-saudari di sana?
Banyak saudara-saudari harus mengungsi berkali-kali.
Mereka pergi hanya dengan tas darurat
atau baju yang mereka pakai.
Sesudah mengungsi beberapa minggu
atau bulan, mereka harus mengungsi lagi.
Tapi meskipun keadaannya sangat susah,
mereka tetap sukacita dan merasa damai.
Saya sangat terkesan.
Misalnya di awal tahun, ada 300 saudara-saudari
di satu kota kecil yang harus mengungsi ke kota lain.
Dan di minggu itu juga, kantor cabang mengadakan
acara khusus dan mengutus dua panitia cabang
untuk menyampaikan khotbah
yang menguatkan saudara-saudari.
Saya ada satu foto lagi.
Ini foto apa?
Ini acara khusus yang dibuat kantor cabang.
Di foto ini, kita bisa lihat
saudara-saudari pakaiannya rapi.
Dua panitia cabang yang datang
kagum karena Balai Kerajaan
penuh dengan saudara-saudari
yang baru saja mengungsi.
Mereka tetap ceria dan siap memuji Yehuwa.
Hebat ya, saudara-saudari sebetulnya lagi mengungsi,
tapi mereka tetap mau datang ke Balai Kerajaan.
Mereka benar-benar mengandalkan Yehuwa.
Sekarang, kita mau lihat gimana
Yehuwa bantu mereka lewat organisasi-Nya.
Di video ini, kita mau lihat situasi di Haiti
dan wawancara seorang pengawas wilayah di sana.
Haiti terletak di sisi barat Pulau Hispaniola.
Di sini, umat Yehuwa menghadapi
keadaan yang sangat sulit.
Meski begitu, mereka berani,
rendah hati, dan mengandalkan Yehuwa.
Iman mereka benar-benar menjadi teladan.
Waktu itu, kami lagi
mempersiapkan pertemuan wilayah
pertama sesudah pandemi COVID-19.
Tapi, ada kerusuhan di beberapa daerah.
Jadi, gak mudah bagi saudara-saudari
untuk keluar rumah dan pergi ke Balai Pertemuan.
Mereka benar-benar butuh keberanian.
Tapi, ada banyak saudara-saudari
yang datang ke Balai Pertemuan.
Mereka bahagia, memeluk satu sama lain.
Mereka menceritakan pengalaman
masing-masing dan saling menguatkan.
Sudah lama mereka gak ketemu.
Benar-benar pesta rohani yang luar biasa!
Acara pertemuan wilayahnya bagus sekali.
Kesulitan kami masih ada,
tapi kami jadi siap menghadapinya.
Dan karena kerusuhannya terus berlangsung,
ternyata kami baru bisa berkumpul untuk
pertemuan wilayah lagi setelah dua tahun.
Saya senang karena saudara-saudari
tetap akrab dan setia sama Yehuwa.
Para penatua juga sangat rendah hati.
Mereka mau langsung ikuti
petunjuk yang diberikan organisasi,
terutama kalau petunjuknya berhubungan dengan
saudara-saudari yang jadi korban kerusuhan.
Mereka berupaya keras untuk
langsung ikuti petunjuknya.
Para penyiar di sini saling menyayangi.
Kasih mereka tidak pernah padam.
Mereka saling mendukung.
Selain itu,
meskipun keadaan mereka sangat susah,
mereka justru semakin akrab sama Yehuwa.
Mereka juga jadi makin beriman
sama Yehuwa dan semakin terbiasa
untuk langsung ikuti petunjuk dari organisasi.
Saudara-saudari di sini sangat bertekun.
Saya dan istri dapat pelajaran yang bagus.
Hal terbaik yang bisa kami lakukan adalah
biarkan Yehuwa mengarahkan kami.
Kami yakin Yehuwa tidak akan pernah meninggalkan
kami tidak soal seberapa sulit keadaannya.
Kami selalu bisa mengandalkan Yehuwa.
Satu pulau dengan dua
cerita indah tentang kesetiaan.
Dari saudara-saudari di Pulau Hispaniola,
kita belajar bahwa Yehuwa selalu bersama umat-Nya
dan kita bisa bertekun serta bersemangat
dalam pelayanan tidak soal apa kesulitan kita.
Videonya menyentuh ya.
Saudara-saudari di Haiti
menghadapi masa-masa yang sulit.
Tapi seperti Kolose 1:11,
mereka ’bertekun dengan sukacita’.
Itu bukti bantuan kuasa kudus.
Yehuwa membantu mereka
dan memberi mereka kekuatan.
Jadi, terima kasih banyak ya
kalian sudah bertekun, setia,
dan mengasihi saudara-saudari
di Republik Dominika dan di Haiti.
Di acara hari ini, kita bukan
hanya belajar dari lima orang,
tapi juga dari Yehuwa.
Kita sudah lihat bagaimana
Yehuwa menggunakan kuasa-Nya
untuk membantu umat-Nya menghadapi kesulitan.
Dia juga menarik orang-orang untuk jadi sahabat-Nya.
Dia Perajin yang pengasih, sabar, dan berbelaskasihan.
Dia membentuk setiap hamba-Nya
jadi apa pun yang Dia inginkan.
Memang, kita gak sempurna seperti tanah
liat dan punya kelemahan masing-masing.
Tapi selama kita mau dibentuk,
Yehuwa bisa buat kita jadi apa pun
untuk melakukan kehendak-Nya.
Jadi pertanyaannya:
Yehuwa akan bentuk Saudara jadi apa?
Sampai jumpa lagi
di Mengenal Lebih Dekat edisi berikutnya.
Terima kasih banyak Saudara Joel dan para siswa yang sudah membagikan pengalaman mereka.
Kami sangat menikmatinya. 
Sekarang, kita akan melanjutkan acara ini dengan
mendengarkan khotbah utama wisuda Gilead.
Khotbah ini akan disampaikan oleh Saudara Jody Jedele,
salah satu anggota Badan Pimpinan.
Temanya hanya tiga kata:
”Teruslah Disenangi Yehuwa”.
Mari dengarkan. 
Kalian siswa-siswi yang sebentar lagi akan lulus,
kalian pasti sangat bersyukur atas semua
yang sudah kalian pelajari di Sekolah Gilead.
Saya rasa tidak ada, ya,
kata-kata yang bisa menggambarkan
betapa senangnya kalian karena bisa
mempelajari Alkitab secara mendalam
serta semakin mengenal dan mengasihi Yehuwa.
Dan kami juga ikut senang mendengar
kalian sangat menikmati sekolah ini. 
Kalian dapat petunjuk dan bantuan dari
Departemen Sekolah-Sekolah Teokratis dan para instruktur.
Berbagai departemen di Betel juga ikut
mendukung kalian selama kalian sekolah,
dan pasti kalian juga menerima
banyak bantuan dari saudara-saudari. 
Nah, kenapa mereka mau
membantu dan mendukung kalian?
Karena mereka mengasihi kalian,
dan mereka ingin agar kalian mendapatkan
pengalaman yang berharga di Gilead.
Ya, kalian sudah diberi banyak.
Untuk apa?
Supaya kalian bisa menguatkan
dan memantapkan yang lain.
Setan tidak suka melihat ada lebih dari
sembilan juta orang yang menikmati firdaus rohani,
dan setiap minggunya ada
ribuan orang lagi yang bergabung.
Kita mau semakin banyak orang
bisa menikmati firdaus rohani. 
Selama kalian di Sekolah Gilead,
kalian sudah dikuatkan dan dimantapkan
sehingga hubungan kalian
dengan Yehuwa semakin akrab.
Sekarang, giliran kalian untuk menguatkan
dan memantapkan yang lain
dengan menggunakan apa yang sudah kalian pelajari. 
Bagaimana caranya?
Teruslah lakukan apa yang
hamba Yehuwa lainnya lakukan,
yaitu berupaya untuk meniru Bapak kita, Yehuwa,
dalam tugas dan kehidupan kita setiap hari.
Itu kan, yang kalian lakukan sebelum ke Gilead?
Dan itu jugalah yang akan kalian lakukan
dengan lebih baik lagi setelah lulus. 
Bagaimana kita bisa berhasil dalam
menguatkan dan memantapkan yang lain?
Nanti, kita akan bahas beberapa situasi.
Tapi pertama, mari buka Amsal pasal 13.
Dan kita akan baca bagian a dari ayat 15.
Amsal 13:15:
”Orang yang punya pemahaman
yang dalam disenangi orang lain.” 
Nah, apa maksud ayat itu?
Coba kita bahas sebentar.
Sebagai orang Kristen, kita mau disenangi orang lain,
dan yang terutama kita pasti mau disenangi Yehuwa,
kita mau dikasihi dan diberkati Yehuwa.
Dan kalau Yehuwa senang sama kita,
Dia tunjukkan itu.
Yehuwa selalu cari kesempatan
untuk memberkati hamba-hamba-Nya,
atau ya, murid-murid-Nya, seperti kalian.
Sebelum datang ke Gilead,
kalian pasti pernah merasakan itu, kan? 
Kalian sudah dikenal sebagai orang yang
matang secara rohani dan disenangi Yehuwa.
Nah, setelah kalian lulus, kami ingin agar
kalian terus menunjukkan pemahaman yang dalam
supaya kalian bisa terus disenangi Yehuwa. 
Menurut Alkitab, apa yang dimaksud dengan
menunjukkan ”pemahaman yang dalam”?
Sebuah referensi menjelaskan bahwa
bahasa asli untuk ”pemahaman yang dalam”
”mengandung makna kemampuan
untuk bertindak dengan akal sehat,
pertimbangan yang baik,
dan sudut pandang yang bijaksana”.
Referensi lain bilang, itu adalah ’kesanggupan
melihat suatu situasi secara mendalam’,
”tidak berfokus hanya pada apa yang kelihatan”.
Dan itu berhubungan dengan ’pengetahuan
yang cerdas tentang makna di balik sesuatu’.
’Jenis pengetahuan ini memungkinkan seseorang
bertindak bijaksana dan mendapat sukses.’
Dari semua definisi itu, kita pasti setuju kalau
kita perlu punya pertimbangan yang baik
dan melihat segala sesuatu secara mendalam.
Nah, kenapa ada pengingat ini di buku Amsal?
Karena kenyataannya, menunjukkan
pemahaman itu tidak selalu mudah.
Kita berurusan dengan orang yang berbeda-beda
dan menghadapi situasi yang berbeda-beda di tempat tugas.
Kita juga tidak sempurna.
Kita punya pendapat, latar belakang,
dan budaya yang berbeda.
Selain itu, dalam tugas,
kita mungkin harus bekerja sama
dengan departemen lain
yang punya prioritas yang berbeda dengan kita.
Apalagi kalau malam sebelumnya kalian kurang tidur.
Menunjukkan pemahaman pasti jadi tidak mudah. 
Contohnya Musa.
Musa adalah orang yang setia melayani Yehuwa.
Bisa dibilang, selama hidupnya,
Yehuwa senang kepadanya.
Tapi, waktu bangsa Israel meminta air
kepada Musa di Meriba dekat Kades,
apakah Yehuwa senang dengan cara Musa menangani itu?
Saat itu, situasinya sulit.
Musa dapat banyak tekanan.
Jadi untuk mendapat air, dia memukul tebing batu. 
Sayangnya saat itu,
Musa tidak menunjukkan pemahaman.
Dia tidak memuliakan Yehuwa.
Dia tidak menangani itu sesuai petunjuk Yehuwa.
Dia tidak menguatkan dan memantapkan bangsa Israel.
Kisah itu juga menunjukkan bahwa meski
pada dasarnya Yehuwa senang kepada kita,
ada saatnya, Yehuwa tidak senang
karena cara kita menangani sesuatu tidak tepat. 
Saat itu, Musa tidak kehilangan tugasnya.
Dia masih jadi pemimpin bangsa Israel.
Tapi, dia didisiplin, dan belakangan
tidak lagi menerima tugas
karena dia pernah tidak menunjukkan pemahaman.
Jadi, menunjukkan pemahaman itu penting,
terutama saat kita menghadapi situasi sulit. 
Nah, kalau begitu, apa langkah pertama
untuk bisa menunjukkan pemahaman?
Mari buka buku Mazmur.
Mazmur 32, kita akan lihat ayat 8.
Yehuwa berkata,
”Aku akan membuatmu mengerti dan
menunjukkan ke mana kamu harus berjalan.
Aku akan menasihatimu
dengan mata-Ku tertuju kepadamu.” 
Jadi pertama-tama, kita harus ingat
bahwa Yehuwa adalah Sumber pemahaman.
Dia memberikan petunjuk kepada kita
melalui Firman-Nya, Alkitab, kuasa kudus-Nya,
organisasi-Nya, dan melalui rekan seiman kita.
Itu semua bisa membantu kita menyesuaikan
pendapat dan pikiran kita dengan cara Yehuwa.
Dengan begitu, kita bisa menangani
segala sesuatu dengan tepat. 
Kita juga mau meniru sifat-sifat-Nya
dan cara Dia bertindak.
Kalian sudah melakukannya, dan kalian tahu
bahwa selama ini Yehuwa senang kepada kalian.
Karena itu, teruslah jadi orang yang disenangi Yehuwa,
teruslah tunjukkan pemahaman.
Dengan begitu, kalian bisa memantapkan
dan menguatkan saudara-saudari. 
Sekarang, mari bahas beberapa situasi,
dan perhatikan sifat apa yang bisa
membantu kita menunjukkan pemahaman
dan tetap disenangi Yehuwa.
Kita semua pasti mau memantapkan dan menguatkan
saudara-saudari kita di sidang, kan? 
Misalnya, sebagai penatua, mungkin Saudara perhatikan
ada saudari yang jarang datang berhimpun.
Saudara pasti mau bantu.
Jadi, Saudara ajak penatua lain
untuk kunjungan penggembalaan.
Di kunjungan itu, Saudara bilang
teman-teman di sidang sudah rindu sama dia.
Lalu, Saudara tunjukkan ayat-ayat tentang
pentingnya berhimpun, dan Saudara berdoa. 
Kunjungan yang Saudara lakukan
dan apa yang Saudara sampaikan memang bagus.
Tapi, apa Saudara menunjukkan pemahaman?
Sepertinya kurang, ya.
Niatnya memang baik, tapi harusnya
Saudara cari tahu dulu keadaannya,
karena ternyata suami saudari itu menentang
dan tidak membolehkan dia
membawa mobil ke perhimpunan.
Sebenarnya, dia hanya butuh tumpangan.
Dia tinggal sangat jauh dari balai, dan dia tidak mau
membebani yang lain untuk menjemputnya. 
Saudara ingat artinya ”pemahaman”?
Itu berhubungan dengan
’pengetahuan tentang makna di balik sesuatu’,
lalu bertindak sesuai dengan pengetahuan itu.
Jadi, daripada Saudara menasihati dia
tentang pentingnya berhimpun,
lebih baik Saudara meyakinkan dia bahwa dia
bukanlah beban bagi saudara-saudari.
Ingatkan dia bahwa mereka justru
senang menjemputnya.
Setelah Saudara tahu semua itu, mungkin Saudara
jadi sadar bahwa apa yang Saudara lakukan kurang bijak, ya.
Mungkin saudari itu malah jadi kecil hati.
Jadi, untuk memantapkan saudara-saudari,
Saudara perlu menunjukkan pemahaman.
Seperti contoh tadi, apa yang bisa membantu Saudara
memahami keadaan orang lain yang sesungguhnya?
Saudara perlu peduli dan jadi pendengar yang baik.
Luangkan waktu untuk mendengarkan
dan mencari tahu apa masalah sebenarnya.
Itulah caranya menunjukkan pemahaman. 
Nah, apakah menunjukkan pemahaman
dan memantapkan sidang hanya tugas para saudara?
Tidak, ya.
Saudari-saudari juga punya peran penting dalam hal itu.
Di sidang-sidang, kebanyakan penyiarnya saudari.
Jadi, penting untuk menguatkan
dan memantapkan mereka.
Dan, para saudari kadang bisa berbuat
lebih banyak daripada saudara. 
Sekarang, mari buka Titus pasal 2.
Kita baca ayat 3 bagian a:
”Begitu juga, wanita yang sudah berumur
hendaknya berlaku saleh.”
Kalian saudari-saudari adalah orang-orang yang saleh,
yang menghormati Yehuwa dan organisasi-Nya.
Sebelumnya, saya mau bilang saya tidak bermaksud
menyebut kalian wanita berumur, ya.
Kita sedang tidak bahas soal umur. 
Tapi, di tempat tugas kalian nanti,
kalian akan ketemu dengan saudari-saudari
yang lebih muda dari kalian.
Nah, bagaimana kalian bisa bantu mereka?
Di ayat 4, kalian para saudari
”bisa menasihati wanita muda”.
Jelas ya, sebagai orang Kristen yang matang,
kalian para saudari bisa menguatkan
dan memantapkan saudari-saudari di sidang. 
Misalnya,
katakanlah ada seorang saudari muda
yang masih tinggal bersama orang tuanya,
tapi orang tuanya bukan Saksi.
Dia saudari yang baik, tapi kadang, cara berpakaiannya
perlu lebih rapi dan lebih bermartabat lagi. 
Nah, ingat apa itu ”pemahaman”?
Pemahaman berarti ’berfokus
bukan hanya pada apa yang kelihatan’.
Belakangan, beberapa saudari tahu bahwa
saudari muda ini tidak punya cukup uang,
dan orang tuanya yang bukan Saksi tidak mau membelikan
dia baju baru yang cocok untuk berhimpun dan berdinas.
Nah, menurut kalian, apa dia perlu dinasihati? 
Sepertinya tidak, ya.
Akhirnya, para saudari kumpulkan
uang dan ajak dia belanja.
Saya tidak bilang kita harus belanja
untuk menunjukkan pemahaman, ya.
Ya, ini cuma kebetulan saja.
Nah, di dua contoh tadi,
reaksi pertama kita mungkin mau
menasihati tentang pentingnya berhimpun
atau tentang pentingnya berpakaian dengan sopan.
Tapi, setelah kita tahu apa masalah sebenarnya,
kita jadi bisa menunjukkan pemahaman
dan memberikan bantuan
yang benar-benar dibutuhkan. 
Nah, ini kelanjutan kisah saudari yang pertama:
Selama bertahun-tahun dia
diantar-jemput ke perhimpunan,
dan belakangan suaminya mau belajar Alkitab.
Kalau saudari muda tadi, orang tuanya sekarang sudah jadi Saksi. 
Jadi, apa intinya?
Kalau kita berupaya menguatkan saudara-saudari
dengan menunjukkan pemahaman dan kepedulian,
Yehuwa pasti akan senang. 
Mari lihat contoh lain yang buat kita kadang
susah menunjukkan pemahaman.
Ini soal cara pandang tentang pekerjaan kita.
Kita semua memang bekerja keras
menyelesaikan tugas kita
karena itu bentuk pelayanan kita kepada Yehuwa.
Kita menganggap serius tugas kita,
dan itu sangat bagus.
Tapi, kadang kita bisa terlalu fokus
sampai tidak memikirkan dampaknya terhadap yang lain.
Nah ingat, kita perlu lihat hal yang lebih penting,
bagaimana pekerjaan kita mendukung kehendak Yehuwa. 
Coba pikirkan lagi arti dari kata ”pemahaman”.
Menunjukkan pemahaman berarti ”berpikir dengan
menyusun berbagai gagasan yang kompleks”
untuk mendapatkan pengetahuan yang
memungkinkan kita bertindak bijaksana dan berhasil.
Definisinya rumit, ya.
Tapi ingat: ’Orang yang diberi banyak
akan dituntut lebih banyak.’ 
Jadi, kita belum bisa dikatakan berhasil kalau kita
hanya menyelesaikan pekerjaan kita sendiri.
Untuk bisa berhasil, kita juga perlu membantu
pekerjaan orang lain atau departemen lain.
Dengan begitu, kita bisa menguatkan
dan memantapkan orang lain.
Kita mau tunjukkan pemahaman
dengan memikirkan situasinya
dan bekerja sama dengan yang lain
agar pekerjaan Yehuwa bisa selesai dengan baik. 
Nah, apa yang bisa bantu kita tunjukkan pemahaman
supaya bisa kerja sama dengan yang lain?
Mari kita buka Filipi pasal 2.
Kita akan baca ayat 3 dan 4.
Filipi 2:3, 4, dikatakan:
”Jangan suka bertengkar atau merasa diri penting.
Sebaliknya, dengan rendah hati,
anggaplah orang lain lebih tinggi daripada kalian,
dan perhatikanlah kepentingan orang lain,
bukan kepentingan diri sendiri saja.” 
”Kepentingan” di sini berhubungan
dengan kerohanian seseorang.
Sifat apa yang dibutuhkan agar kita
bisa memperhatikan kepentingan orang lain?
Kerendahan hati.
Cobalah pahami pekerjaan orang lain.
Yehuwa ingin agar kita menganggap
pekerjaan orang lain atau departemen lain lebih tinggi
daripada pekerjaan atau departemen kita.
Dan sebenarnya, mereka juga
akan punya pandangan yang sama. 
Coba renungkan:
Kalau kita sampai menyulitkan departemen lain
hanya supaya pekerjaan kita bisa selesai,
apakah Yehuwa akan memberkati pekerjaan kita?
Kalau kita seperti itu, kita sama saja
menyulitkan pekerjaan Yehuwa. 
Ingat cerita Musa di Meriba?
Dia berhasil mengeluarkan air.
Tapi, Yehuwa tidak senang dengan caranya.
Jadi intinya:
Kadang kita merasa pekerjaan
kitalah yang paling penting,
paling rumit, paling mendesak,
sedangkan pekerjaan orang lain sangat mudah.
Jadi, seharusnya mereka kerjakan saja apa yang kita minta.
Tapi ingat, kita mau rendah hati, kita mau menjalin
kerja sama yang baik dengan orang lain.
Kita mau cari solusinya sama-sama.
”Pemahaman” juga punya arti berpikir dengan masuk akal.
Tapi sayangnya, orang-orang sekarang
kadang tidak bertindak masuk akal.
Nah, kita mau berupaya masuk akal
dengan punya cara komunikasi yang baik
agar mengurangi kesalahpahaman. 
Contohnya, kalian minta alat
pemadam kebakaran ke teman kalian.
Dia tidak tahu apa kalian butuh itu karena ada kebakaran
atau hanya karena mau mengganti alat yang lama.
Nah, kalau dia tahu itu untuk kebakaran,
dia pasti membawakannya dengan cepat.
Memberi tahu alasannya adalah
tindakan yang masuk akal.
Komunikasi yang baik penting
untuk menunjukkan pemahaman. 
Jadi, memahami pekerjaan orang lain, dan memandang
orang lain lebih tinggi akan membuat kita berhasil.
Nah, kalau kita gabungkan ini
dengan pelajaran pertama tadi,
menunjukkan kepedulian, kita akan
lebih mudah bekerja sama dengan yang lain.
Kalau ada masalah, bukannya kita sendiri
yang putuskan dan berharap orang lain mengikuti kita,
tapi kita akan menyelesaikannya bersama.
Hasilnya, kita pun semakin bersatu. 
Persatuanlah yang bisa memantapkan kita semua.
Yehuwa senang kalau hamba-hamba-Nya
bekerja sama dengan baik.
Mazmur 133:1 bilang, ”Betapa baik dan indahnya . . .
tinggal bersama dalam persatuan!” 
Nah, kenapa kita semua perlu dimantapkan?
Karena itu akan membantu kita
menyesuaikan diri sewaktu ada perubahan:
perubahan tugas, tempat tinggal, cara kerja kita,
termasuk belajar untuk menggunakan
alat atau teknologi baru.
Perubahan memang bisa
membuat kita khawatir, dan itu wajar.
Kalian pun sekarang
sedang membuat penyesuaian, kan? 
Saat ada perubahan, bagaimana kalian
bisa memantapkan yang lain?
Kalian para saudara,
kadang kalian mungkin harus membuat keputusan
yang bisa buat hidup orang lain jadi berubah.
Jangan anggap sepele tanggung jawab itu.
Pastikan Yehuwa senang dengan keputusan kalian.
Nah, pemahaman bisa bantu kalian
memantapkan saudara-saudari
saat mereka harus membuat penyesuaian. 
Bagaimana bisa?
Mari kita baca Yesaya pasal 60.
Yesaya 60:17:
”Sebagai ganti tembaga, Aku akan membawa emas.
Sebagai ganti besi, Aku akan membawa perak.
Sebagai ganti kayu, tembaga.
Sebagai ganti batu, besi.
[Nah, perhatikan] Kedamaian akan Kuangkat
sebagai pengawasmu dan kebenaran sebagai pemberi tugas.” 
Kita tahu maksud ayat tadi.
Yehuwa bilang Dia akan membuat perubahan,
dan memang itu yang terjadi.
Sepertinya, hampir setiap minggu,
ya, kita dapat perubahan.
Sesuai contoh tadi, kita tahu tembaga itu
logam yang bagus, tapi emas lebih bagus lagi.
Jadi, kita senang melihat Yehuwa
membuat perubahan ke arah yang lebih baik.
Nah, memang perubahan bisa membuat kita khawatir.
Tapi, enggak apa-apa,
kita pasti bisa melewatinya. 
Coba pikirkan perubahan ini.
Misalnya, ada mesin baru yang
cukup dioperasikan oleh sedikit orang,
tapi bisa mencetak lebih banyak publikasi.
Itu artinya akan ada perubahan tugas.
Nah, apa yang bisa kalian lakukan?
Apa yang ayat tadi bilang?
Yehuwa akan mengangkat ’kedamaian dan
kebenaran sebagai pengawas dan pemberi tugas’.
Jadi dengan kata lain, kalian para pengawas bisa
membantu orang-orang menghadapi perubahan itu. 
Nah, bagaimana kalian para pengawas bisa meniru
cara Yehuwa memandang hamba-hamba-Nya?
Mari baca Ibrani 6:10.
Ibrani 6:10:
”Allah itu adil, sehingga Dia tidak akan
melupakan perbuatan kalian
dan kasih yang kalian tunjukkan untuk nama-Nya
dengan melayani dan terus melayani orang-orang suci.”
Menarik, ya. 
Ayat tadi bilang bahwa Yehuwa itu adil,
jadi Dia tidak akan melupakan kerja keras seseorang.
Kita tentu tidak mau melupakan
kerja keras orang-orang selama ini,
hanya karena ada suatu perubahan.
Nah, agar kita bisa jadi orang yang benar dan adil
saat ada perubahan dari tembaga menjadi emas,
kita tetap ingat orang-orang
yang pernah bekerja bersama kita
dan kerja keras mereka sebelum terjadi perubahan itu.
Kita mau menunjukkan kebaikan hati kepada mereka.
Sebagai pengawas, kita tidak mau hanya berfokus
pada pekerjaan kita dan mengabaikan orang lain. 
Nah, sebagai pengawas,
bagaimana kalian bisa memantapkan yang lain?
Coba pikirkan ini: ’Apakah kalian mau
meluangkan waktu kerja kalian
untuk mengobrol dengan saudara-saudari lain,
tanya tentang keluarga mereka,
atau tantangan mereka?’
Dari situ, kalian bisa tahu mana yang bisa
menyesuaikan diri dengan perubahan
dan mana yang butuh bantuan
untuk menghadapi perubahan.
Tapi meski begitu, perubahan tetap perlu dilakukan.
Nah, Yehuwa bilang akan ada perubahan
ke arah yang lebih baik.
Tapi perubahan tidak membuat
Yehuwa melupakan kerja keras
dan kasih yang ditunjukkan
oleh hamba-hamba-Nya selama ini.
Kita pasti mau meniru Dia.
Kita juga mau membantu yang lain
menghadapi perubahan.
Dengan begitu kita akan disenangi Yehuwa. 
Nah, para saudari, kalian juga bisa bantu
yang lain menghadapi perubahan.
Meski kalian sendiri juga harus menghadapi itu,
sikap kalian yang positif dan dukungan kalian
akan memantapkan orang-orang lain.
Dan kalau kalian sudah paham
kenapa suatu perubahan terjadi,
kalian bisa kasih saran bagaimana perubahan itu
bisa diterapkan dengan cara yang lebih baik. 
Ini hanyalah beberapa contoh
bagaimana menunjukkan pemahaman,
bisa membantu kita memantapkan yang lain
dan membuat kita disenangi Yehuwa.
Tunjukkan kepedulian.
Jadilah pendengar yang baik.
Anggaplah pekerjaan orang lain
lebih penting daripada pekerjaan kita.
Dengan begitu, kita bisa bekerja sama
dengan baik dan bersatu.
Dan bantulah saudara-saudari
untuk menghadapi perubahan. 
Pemahaman bisa membantu kita berhasil
dalam pelayanan kita kepada Yehuwa,
dan kami ingin agar kalian semua
berhasil dalam tugas kalian.
Yehuwa sedang melakukan hal-hal
yang luar biasa selama hari-hari terakhir ini,
dan suatu kehormatan bisa melayani
Allah kita dalam firdaus rohani.
Jadi, kita mau terus berada dalam firdaus rohani,
dan kita juga mau mengundang
sebanyak mungkin orang untuk masuk ke dalamnya. 
Kalian siswa Gilead kelas ke-158,
selama kalian sekolah, kalian sudah
mendapat banyak pelatihan.
Gunakanlah kesempatan yang diberikan kepada kalian
untuk membantu dan menunjukkan
kepedulian kepada saudara-saudari.
Kami sangat mengasihi kalian.
Kami yakin kalian akan terus menunjukkan pemahaman
dan terus menjadi orang yang disenangi Yehuwa.
Nah sekarang, kita akan masuk ke
bagian yang sudah dinanti-nantikan.
Kalian lihat sudah ada beberapa amplop di sini,
dan ini bukan sekedar amplop biasa.
Isinya terdapat diploma untuk para siswa,
dan setelah mereka menerima diploma,
mereka tidak akan lagi disebut siswa-siswi Gilead.
Tapi, kita akan menyebut mereka
para lulusan, lulusan sekolah Gilead.
Jadi, mari kita undang mereka satu per satu
untuk ke depan dan menerima diplomanya.
Silakan David. 
Saudara Abreu, akan kembali
ke cabang Republik Dominika. 
Berikutnya, Saudara Aimé,
akan kembali ke cabang Haiti. 
Saudara Alatorre ditugaskan
ke cabang Amerika Serikat. 
Saudara dan Saudari Arencibia akan
kembali ke cabang Amerika Serikat. 
Dan, Saudara Arulappa ditugaskan ke cabang Sri Lanka. 
Saudara dan Saudari Barrett akan
kembali ke cabang Mikronesia. 
Saudara Bundavica akan
kembali ke cabang Kroasia. 
Saudara dan Saudari Carrillo 
akan kembali ke cabang Peru. 
Saudara dan Saudari Connell akan
kembali ke cabang Kongo (Kinshasa). 
Saudara Dallmann akan
kembali ke cabang Eropa Tengah. 
Dan, Saudara François ditugaskan ke cabang Mozambik. 
Saudara Gołąb akan kembali ke cabang Polandia. 
Saudara dan Saudari Gratrix ditugaskan ke cabang Jepang. 
Saudara dan Saudari Hadad
akan kembali ke cabang Paraguay. 
Saudara dan Saudari Lewago akan
kembali ke cabang Papua Nugini. 
Saudara Katsantonis akan kembali ke cabang Yunani. 
Saudara dan Saudari Koch 
akan kembali ke cabang Cile. 
Saudara Mattusch akan kembali ke cabang Eropa Tengah. 
Saudara dan Saudari Momo 
akan kembali ke cabang Kamerun. 
Saudara Musona akan kembali ke cabang Zimbabwe. 
Saudara Muthami akan kembali ke cabang Afrika Timur. 
Saudara Ndayisaba akan
kembali ke cabang Rwanda. 
Saudara Njewa akan kembali ke cabang Malawi. 
Saudara Ortega akan kembali ke cabang Spanyol. 
Saudara dan Saudari Pavlov 
akan kembali ke cabang Bulgaria. 
Saudara dan Saudari Peinado 
akan kembali ke cabang Venezuela. 
Saudara dan Saudari Pijalović 
akan kembali ke cabang Kroasia. 
Saudara dan Saudari Raymond akan
kembali ke cabang Trinidad dan Tobago. 
Saudari Şiriner akan kembali ke cabang Türkiye. 
Saudara Székely akan kembali ke cabang Hongaria. 
Saudara dan Saudari Uriarte 
akan kembali ke cabang Myanmar. 
Saudara van der Veen ditugaskan ke cabang Kongo (Kinshasa). 
Saudari Waichigo akan kembali ke cabang Afrika Timur. 
Terakhir, Saudara dan Saudari Youqui
akan kembali ke cabang Liberia.
Menjadi ketua acara wisuda Gilead ini sangat menyenangkan.
Saya ingat terakhir kali jadi ketua
acara itu sekitar lima tahun yang lalu,
pada kelas ke-148.
Dan kalau kalian ingat, pada waktu itu mulai ada
pandemi, dan kita tidak bisa salaman langsung.
Kita salamannya harus pakai siku.
Jadi, senang sekali rasanya bisa
salaman lagi dengan para lulusan,
dan memberikan selamat atas pencapaian mereka.
Sekarang, mari lihat para lulusan dari kelas ke-158. 
Semua orang pasti bangga kepada kalian,
dan kami yakin kalian akan terus melakukan
hal-hal yang luar biasa dan membuat kami bangga.
Tapi sekarang, mari perhatikan Saudara Senad Pijalović.
Semoga benar, ya.
Sekarang, kalian tahu kan kenapa Saudara
Schafer yang sebutkan nama-nama tadi.
Saudara Senad Pijalović akan
membacakan surat dari kelas ke-158.
”Kepada Badan Pimpinan yang kami kasihi:
Kami menyayangi kalian dan kami bersyukur mendapat kesempatan untuk mengikuti Sekolah Gilead ini.
Kami tersentuh melihat sambutan yang
hangat dan kasih setia yang kalian tunjukkan.
Sebelum ke sini, kami sudah mempersiapkan diri untuk diajar oleh Yehuwa.
Kami bisa bayangkan bahwa ini akan
menjadi pengalaman yang luar biasa.
Tapi, seperti yang dikatakan Efesus 3:20,
ternyata ’Dia berbuat jauh lebih
banyak daripada yang kami bayangkan’. 
Setiap halaman Alkitab yang kami pelajari membuat kami
lebih mengenal sifat dan kepribadian Yehuwa dan Yesus.
Kami jadi bisa melihat bahwa mereka
benar-benar peduli kepada manusia.
Kami pun merasa sangat dikasihi, dan itu
menggerakkan kami untuk mengasihi yang lain juga. 
Bisa diajar oleh Yehuwa adalah hadiah yang luar biasa!
Para instruktur kami seperti bapak yang pengasih,
yang membimbing kami dengan Firman Allah untuk
mempersiapkan kami menjalankan tugas di masa depan nanti.
Kami juga belajar banyak dari para anggota Badan Pimpinan
yang meluangkan waktu untuk mengajar kami.
Terima kasih atas kepedulian kalian kepada kami dan kerja
keras kalian dalam menjalankan tanggung jawab yang besar. 
”Selain itu, kami juga mendapat banyak manfaat dari
khotbah dan kunjungan para asisten Badan Pimpinan
dan para instruktur tamu lainnya.
Yehuwa menggunakan mereka untuk
meyakinkan kami bahwa kami sangat dikasihi.
Itu semua seperti melodi yang tidak akan kami lupakan.
Kami juga belajar banyak dari keluarga Betel
Amerika Serikat yang ramah, murah hati, dan pengasih.
Apa yang mereka lakukan mencerminkan sifat-sifat Yehuwa.
Kami jadi ingin meniru mereka.
Kami ingin agar hamba-hamba Yehuwa
lainnya juga bisa merasa dikasihi dan disambut.
Setelah merasakan semua berkat itu,
kami jadi punya pertanyaan yang
sama seperti sang pemazmur.
Mazmur 116:12, ’Dengan apa kami akan membalas
Yehuwa atas semua kebaikan-Nya kepada kami?’
Ya, kami tidak akan pernah bisa
membalas semua kebaikan Yehuwa.
Meski begitu, seperti Ribka, kami siap
pergi ke mana pun kami ditugaskan.
Kami sedih harus berpisah dengan teman-teman
sekelas kami yang sudah seperti keluarga.
Tapi, kami siap untuk melakukan kehendak Yehuwa,
menerapkan semua yang sudah kami pelajari,
dan terus menjadi orang yang bisa kalian andalkan.
Dengan penuh rasa syukur dan kasih yang dalam,
saudara-saudarimu, kelas Gilead ke-158.”
Itu surat yang sangat indah dan pasti mewakili
perasaan kalian, para lulusan kelas ini.
Kalian bilang kalian senang ada di
sini bersama kami selama lima bulan.
Tapi sebenarnya, kami juga senang ada kalian.
Kita jadi bisa ”saling menguatkan”. 
Nah, sekarang coba kita kembali
lagi ke kata-kata Yesus di Matius 5:13.
Yesus bilang, ”Kalian adalah garam dunia”,
dan ini memaksudkan kalian.
Kita juga sudah bahas banyak manfaat garam:
Bisa membuat makanan terasa lebih enak,
bisa membunuh kuman, dan garam juga bisa
mengawetkan atau melindungi dari kerusakan.
Tapi sekarang, kita akan bahas
satu hal lagi dari garam, yaitu nilainya.
Garam sangat bernilai. 
Menurut buku Pemahaman,
”Garam tidak selalu mudah diperoleh manusia.
Orang melancarkan peperangan dan
revolusi untuk mendapatkan garam.
Di Cina kuno, nilai garam berada
di urutan kedua setelah emas.
Istri dan anak dijual sebagai budak
hanya untuk mendapatkan garam.
Para prajurit Kaisar Roma mendapat uang untuk
membeli garam, dan jumlah uang itu disebut salarium,
yang menjadi asal dari kata salaris, atau gaji.”
Meskipun di zaman Yesus garam sudah mudah didapatkan,
Yesus tahu sejarah garam, dan tahu seberapa
berharganya garam pada zaman dulu.
Di zaman Yesus, garam bisa tersedia dari bukit yang
ada di dekat Laut Mati dan penguapan air dari Laut Mati.
Sepertinya, persediaan garam saat itu sudah sangat banyak, ya.
Tapi, Yesus sudah tahu sejarah garam,
dan dia tahu betapa berharganya itu,
meskipun di zamannya sudah ada banyak. 
Dia juga pasti tahu betapa banyak manfaat garam.
Jadi, sejak zaman dulu sampai sekarang, garam sangat bernilai.
Dan satu hal lagi, Yesus juga pasti tahu bahwa ada
sekitar 230 gram garam dalam rata-rata tubuh manusia.
Ya, sebagai ”pekerja ahli” yang membantu membuat
banyak hal, termasuk membuat tubuh manusia,
dia pasti tahu betul hal itu.
Termasuk kalau tubuh manusia tidak
ada garam, manusia pasti akan mati.
Kekurangan garam di tubuh juga bisa buat kita mual,
pusing, keram otot, kejang, pembengkakan
otak, koma, dan bahkan kematian. 
Ya, Yesus sebagai ”pekerja ahli”,
yang membantu Yehuwa membuat semua
hal termasuk manusia, sedang memuji kita.
Dia seolah-olah bilang, kalian sangat berharga,
dan kami juga mau bilang itu ke kalian: Kalian sangat berharga!
Kami sangat-sangat mengasihi kalian
dan menghargai kerja keras kalian.
Dan kami yakin kalian juga akan melakukan
hal-hal yang luar biasa di masa depan. 
Sebagai penutup, saya mau bacakan Bilangan 6:24-26:
”Semoga Yehuwa memberkati dan menjaga kalian.
Semoga Yehuwa tersenyum kepada kalian,
dan semoga Dia senang kepada kalian.
Semoga Yehuwa berbaik hati kepada
kalian dan memberi kalian damai.”
Inilah doa kami untuk kalian masing-masing,
ke-52 lulusan sekolah Gilead kelas ke-158. 
Kami yakin para lulusan ini akan menjadi berkat
yang luar biasa di tempat tugas mereka nanti.
Khotbah-khotbah wisuda Gilead lainnya akan dirilis di jw.org
dan aplikasi JW Library dalam beberapa hari ke depan.
Nah, sebelum kita berpisah, mari kita
kunjungi saudara-saudari kita di Zimbabwe. 
Negeri ini memiliki tiga jenis iklim yang berbeda.
Di bagian tengah negeri itu, suhunya sangat sejuk.
Di Lembah Zambezi, suhunya sangat panas dan kering.
Dan di Dataran Tinggi Timur,
suhunya lebih dingin dan sering hujan.
Negeri ini juga punya 16 bahasa resmi.
Tanaman jagung banyak tumbuh di negeri ini.
Biasanya, orang-orang Zimbabwe suka merebus, memanggang,
bahkan membuat minuman dari jagung yang difermentasi.
Mereka menyebut minuman itu mahewu.
Salah satu makanan yang terkenal di sana adalah sadza,
jagung putih yang ditumbuk sampai halus dan dimasak
lama sampai berubah menjadi bubur yang kental.
Biasanya, sadza dimakan langsung
pakai tangan bersama lauk lain,
seperti kaki sapi, steak, dan sayur-sayuran
yang dilumuri bumbu kacang. 
Sejarah kegiatan Saksi Yehuwa di
Zimbabwe dimulai sejak tahun 1920-an.
Publikasi kita mulai masuk ke sana dari pekerja asing yang berasal dari Malawi dan Afrika Selatan.
Tidak lama setelah itu, sebuah
kelompok pelajaran Alkitab dibentuk.
Lalu, salah satu penyiar pertama di sana,
Nason Mukaronda, dibaptis pada tahun 1924.
Belakangan, pemerintah melarang pekerjaan kita karena mereka
tidak mau orang-orang dari berbagai ras berkumpul bersama.
Tahun 1940, semua publikasi kita dilarang.
Meski ada banyak yang ditangkap dan diadili,
saudara-saudari kita terus bertekun.
Akhirnya, enam tahun kemudian pelarangan itu dicabut. 
Kabar baik Kerajaan terus
diberitakan sampai tahun 1970-an.
Saat itu terjadi perang, dan banyak saudara
kita dipenjarakan karena mereka tetap netral.
Ini adalah Alkitab yang diedarkan dari satu saudara ke saudara lain selama mereka di penjara.
Kita bersyukur karena selama puluhan tahun terakhir ini,
saudara-saudari kita bisa beribadah dengan bebas.
Sekarang, 50.000 penyiar di sana memandu
lebih dari 103.000 pelajaran Alkitab.
Ini adalah Sidang Waterfalls yang
terletak di Harare, ibu kota Zimbabwe.
Balai mereka adalah balai pertama
yang dibangun di negeri itu.
Penyiar di sidang ini memandu
sekitar 200 pelajaran Alkitab.
Saudara-saudari kita di sana
punya pesan spesial untuk kalian.
Itu adalah bahasa Shona, yang artinya:
”Apa kabar? Kami sayang kalian.” 
Kami juga sangat menyayangi kalian semua.
Dari kantor pusat Saksi-Saksi Yehuwa,
inilah JW Broadcasting.